Wednesday, February 23, 2011

Dearst opah...

Seakan tak percaya namun nyata, kepergianmu menggoreskan sebuah cerita…

Tak percaya namun inilah yang terjadi…

Opa masih banyak harapan ku bersama mimpimu yang kerap kau uraikan dalam nasihatmu…

Aku hanya berdo’a kepada-Nya agar enkau selalu dalam pangkuannya…

Disini aku akan teruskan semua mimpi besarmu…

Etah sanggup atau tidak, aku hanya berusaha…

Tidak adalagi senyum hangatmu…

Tak adalagi geram marahmu…

Tak adalagi hangat nasihatmu…

Hanya kenangan yang tersimpan dalam sebuah foto dan selalu tertanam dalam hati…

Kami memang sangat mencintaimu opa, tapi kamipun yakin pemilikmu lebih mencintai mu dan segera ingin memelukmu dalam tangannya…

Kami hanya bisa sisipkan do’a untuk mengiringi perjalananmu…

Tetesan air mata ini adalah pembuktian bahwa kami cintaimu…

Ya Rabb, tak ada sesutupun yang dapat menjegah-Mu, kami yakin engkau menempatkan opa ditempat yang Engkau Ridhoi… AMIN


irna septyara







Innalilahi wa Innailaihi Roji’un…

Semua yang hidup pasti akan mati… sesungguhnya kami milik-Mu dan akan kembali kepada-Mu…

Berat banget rasanya kembali merasakan kehilangan orang yang terkasih… kali ini aku kembali merasakan itu… opa meninggal pada usia 79 tahun, karena penyakit jantung yang memang sudah lama menyerangnya, masih terekam dengan jelas senyuman hangatnya. beliau lahir di Palembang, 26 Maret 1932 sejak kecil beliau adalah anak yang penuh dengan tanggung jawab dan sangat mencintai ibunya. Beliau besar di Jambi dengan perjuangan hidup yang sangat hebat. Beliau adalah sosok yang sangat menginspiratif buat ku, beliau adalah seorang bapak dari 9 anak yaitu Hartono, Haryanto, Hendra, Edi, Budi, Dodi, Heni, Lily dan Erwin. Beliau memiliki 23 cucu dan 11 cicit.

Kami mengenal beliau sebagai sosok yang tangguh dan keras, tanggung jawab penuh dengan semua yang ia kerjakan, tidak pernah mengeluh dan selalu semangat, masa tuanya yang ia habiskan dengan merawat cucu laki-lakinya yang bernama Raka Ersaf Hidayat menjadikan hiburannya setiap hari, dengan mengajak berkeliling komplek perumahan vila mutiara serpong, karana inilah opa yang akrab disapa si KAKEK oleh para tetangganya. Si Kakek ini dikenal sangat murah senyum dan sangat bersahabat dengan para warga di perumahan itu.

Karena sifatnya yang mudah bergaul dengan orang, sampai-sampai tukang ojek yang biasa mangkal disana pun menjadikan si Kakek guru, penasihat, teman, bahkan ayah sendiri. Salah satu nya cerita dari beberapa rekan tukang ojek yang bercerita ketika menyelawat “si Kakek memang orang baik, selalu bisa menjadi penengah buat kami kalau misalnya mau berantem, beliau berpesan bahwa kami ini bersaudara jangan sampai ada yang bertengkar harus diselesaikan dengan kekeluargaan…” begitulah cerita salah satu tukang ojek.

Ketika beliau meninggal, banyak sekali yang mendoakan opa dengan mengirimkan surat yasin untuknya, dan menyelawat bahkan kami pun keluarganya tidak tahu siapa saja yang datang tapi tamu yang datang semua kenal sama opa, kami sadar bahwa beliau mamang sangat baik hati dan memamng mudah bergaul dengan warga sekitar perumahan.

Aku ingat kenangan terakhirku bersamanya… aku tahu karna kesehatannya kurang membaik aku hanya berpesan “opa jaga kesehatannya, opa cepet sembuh biar opa bisa ikut liat ina wisuda biar opa bangga sama ina bisa jadi cucu opa yang juga jadi sarjana…” beliau hanya senyum dan memberikan nasihat indah “ya pasti opa doain ingat ya, harus pintar bawa diri, jangan melakukan hal yang bisa merusak masa depan kita…” entah kenapa nasihat itu selalu terngiang dan membuatku meneteskan air mata. Mungkin karna aku belum bisa memberikan yang terbaik buat opa…

Beliau adalah sosok yang aku ingini ada dalam wisudaku, karena berhubungan dengan papaku juga sudah meninggal. Wisuda inilah yang akan aku hadiahi untuk kakekku tercinta dengan menunjukan adalagi satu dari keturunannya yang berhasil mencapai tingkat sarjana dan selalu berusaha untuk membanggakannya, dan menjadi kebanggaannya. Aku tahu opa pasti bangga dengan semua anak dan cucunya, tapi aku mau menunjukan itu dengan aku sarjana dan dia bisa lihat usahaku itu. Namun apa daya Allah berkehendak lain atas apa yang aku rencanakan.

Tapi semua itu ga menjadikan aku surut dalam kesedihan aku harus tetap jadi sarjana dan menjadi kebanggaan mama dan keluarga, aku yakin opa juga akan turut bahagia bersamaku jika aku bisa menyelasaikan kuliahku dan menjadi sarjana. Menjadi orang yang baik dan sukses untuk membahagiakan mama dan keluarga, papa dan opa juga pasti bangga dengan apa yang aku lakukan selama itu adalah hal yang baik.

Opa, papa ina janji akan menjadi anak yang soleha, dan selalu menjalankan perintah Allah, dan menjadi anak yang baik, biar bisa menjadi kebanggaan kalian… dan jika memang ada saatnya kita bertemu, ina yakin kalian pasti akan bangga… Amin.

1 comment: